BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia merupakan
negara yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan pada segala bidang,
dan juga merupakan negara yang memiliki berbagai potensi, baik potensi sumber
daya alam dan energi, maupun sumber daya manusia. Salah satu bidang pembangunan
yang paling diharapkan adalah bidang ekonomi dan salah satu sektor dalam bidang
ekonomi adalah sektor industri.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Salah satu sub sektor industri adalah sub sektor industri kimia,
yang diharapkan dapat berkembang pesat guna mengimbangi kebutuhan yang semakin
berkembang dan meningkat sesuai dengan kemajuan perekonomian bangsa. Di
Indonesia masih sedikit terdapat industri yang menggunakan minyak kelapa sawit
sebagai bahan baku yang diproses untuk menghasilkan suatu produk. Minyak kelapa
sawit dapat dipergunakan dalam industri melalui proses penyulingan, penjernihan
dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined
Bleached and Deodorized Palm Oil). Salah satu industri yang menggunakan minyak
kelapa sawit sebagai bahan baku adalah industri pembuatan sabun transparan.
Selain RBDPO, minyak kelapa (VCO) juga sering ditambahkan dalam pembuatan sabun
transparan, meski kadar nya jauh lebih sedikit dari minyak sawit (RBDPO). Virgin Coconut Oil atau yang lebih
dikenal dengan VCO adalah minyak yang dihasilkan dari buah kelapa segar.
Berbeda dengan minyak kelapa biasa, VCO dihasilkan tidak dengan penambahan
kimia atau pun proses yang melibatkan panas yang tinggi. Selain warna dan rasa
yang berbeda, VCO memiliki asam lemak yang tidak terhidrogenasi seperti minyak
kelapa biasa. VCO menjadi populer karena manfaatnya untuk kesehatan tubuh. Maka
dari itu VCO sangat baik dijadikan bahan baku dalam industri pembuatan sabun
transparan.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Sabun transparan dibuat
dengan menambahkan alkohol, larutan gula, dan gliserin untuk menghasilkan
kondisi transparan dari sabun. Gliserin baik untuk kulit karena berfungsi
sebagai pelembab pada kulit dan membentuk fasa gel pada sabun.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Sabun transparan atau disebut juga sabun gliserin adalah
jenis sabun mandi yang dapat menghasilkan busa lebih lembut di kulit dan
penampakanya berkilau jika dibandingkan dengan jenis sabun yang lain seperti
sabun mandi biasa (opaque) dan sabun translucent.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Sabun transparan merupakan salah satu produk
industri kimia yang sangat dibutuhkan masyarakat konsumen Indonesia, namun
untuk memenuhi kebutuhan itu masih dilakukan dengan mengimpor sabun transparan,
diantaranya dari negara Hongkong, Japan, Taiwan, Singapore, dan Malaysia.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-
transparan-dari-vco.html)
1.2
Tujuan
1. Dapat
mengetahui cara membuat sabun transparan
2.
Dapat mengetahui cara membuat sabun
transparan menggunakan VCO
BAB
II
DASAR
TEORI
2.1 Sejarah Sabun Transparan
Sabun adalah salah satu senyawa kimia paling tua
yang pernah ditemukan. Pada tahun 2500 sebelum Masehi masyarakat Sumeria telah
menemukan sabun kalium yang digunakan untuk mencuci wol. Sabun ini dibuat dari
minyak dan abu tumbuhan yang kaya akan kalium karbonat. Informasi tentang sabun
juga ditulis dalam literatur-literatur bangsa Mesir yang berhubungan dengan
kedokteran. (Unilever, 2009)
Sabun atau yang disebut soap dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin sapo yang pertama kali digunakan oleh
Plinny pada tahun 77 Masehi. Plinny membuat sabun dari campuran tallow (lemak binatang) dengan abu dari
kayu beech yang dapat digunakan
sebagai pewarna rambut. (Unilever, 2009)
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air
untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang
disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga
telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu
permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah
dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, detergen sintetik telah
menggantikan sabun sebagai alat bantu cuci.
(sabun-wikipedia.com, 2009)
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau
kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan
direaksikan dengan alkali pada suhu 80°C
- 100°C
melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis
oleh basa menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali
yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan atau dari
arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan seperti minyak zaitun.
(http://dwinidika.wordpress.com/2011/04/10/sabun-transparan/)
Seni pembuatan sabun mulai berkembang dengan pesat selama
abad pertengahan di Perancis, Italia, dan Inggris. Sabun transparan dengan nama
“Pears transparant soap” dikenal di
Inggris pada tahun 1789. Sabun mengalami kemajuan yang sangat pesat khususnya
di Marseilles pada abad ke-18. Sabun menjadi barang yang murah sejak
berkembangnya proses Le Blanc pada
abad ke-19 untuk pembuatan alkali yang merupakan bahan baku pembuatan sabun. (Unilever, 2009)
Nama
Sapo/soap/sabun menurut legenda Romawi kuno (2800 SM) berasal dari Gunung Sapo,
di mana binatang dikorbankan untuk acara keagamaan. Lemak yang berasal dari
binatang tersebut (kambing) dicampur dengan abu kayu untuk menghasilkan sabun
atau sapo, pada masa itu.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Ketika
hujan, sisa lemak dan abu kayu tersebut mengalir ke Sungai Tiber yang berada di
bawah Gunung Sapo. Ketika orang – orang mencuci pakaian di sungai Tiber mereka
mendapati air tersebut berbusa dan pakaian mereka lebih bersih. Sejak saat
itulah asal usul sabun dimulai.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Produk hilir minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil/VCO) berupa
produk-produk kosmetik telah dikembangkan di negara-negara penghasil kelapa. Di
antaranya sampo, krim antiseptik, baby
oil, lotion, sabun termasuk sabun
transparan, dan sebagainya.
Sabun transparan merupakan salah satu produk
kosmetik yang sedang trendy. Pilihan VCO sebagai bahan baku sabun
Para peneliti di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) sudah melakukan penelitian
untuk menentukan formulasi dasar sabun transparan dari bahan VCO.
Untuk itu dilakukan pula analisis terhadap beberapa
parameter yang dipandang penting yang mengacu pada produk sabun transparan
komersial karena standar mutu khusus sabun transparan belum ada pada Standar
Nasional Indonesia (SNI) untuk sabun mandi.
Informasi BB Pascapanen lebih menyatakan bahwa
parameter mutu yang dianalisa adalah kemasaman (pH), karakter kekerasan, kadar
asam lemak bebas (Free Fatty Acid/FFA),
nilai ketengikan, kadar air, dan bilangan penyabunan.
Mengenai pH, diketahui sabun transparan komersial
memiliki pH 9,34. Dalam formulasi sabun transaparan, pH terkait jumlah
penggunan basa yang menentukan jumlah penambahan etanol. Semakin banyak basa
yang digunakan, akan semakin sedikit etanol yang dapat ditambahkan sehingga pH
tetap tinggi.
Karakter kekerasan sabun transparan harus cukup baik
sebagai indikasi masa pemakaian yang lebih lama. Nilai kekerasan sabun
komersial berada dalam rangkaian 0,967 hingga 6,867 kg/cm2.
Sedangkan mengenai transparansi, sabun akan semakin jernih bila etanol yang
digunakan semakin murni.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
2.2 Teknik Pembuatan Sabun Transparan
Sabun transparan dapat digunakan untuk membasmi
kuman. Sabun ini sejenis sabun biasa tetapi dalam bentuk transparan. Sabun
transparan dapat dibuat dari minyak goreng yang bening atau VCO.
Sabun transparan dapat dibuat dengan biaya murah.
Bahannya selain dari minyak goreng atau VCO bisa juga dari buah kelapa sawit.
Sabun transparan dibuat dengan mencampur stearin
sawit, minyak inti sawit yang telah melalui proses pemucatan dan asam stearat
dengan perbandingan masing-masing 80 : 15 : 5 b/b sebanyak 100 gram. Campuran
ini kemudian ditambahkan dengan NaOH 30% sebanyak 98,3 gram pada suhu 90 - 100°C.
Formulasi sabun transparan dibuat dengan cara
mencampur stok sabun dengan gliserin, alkohol, sukrosa, dan trietanolamin pada
suhu 90 - 100°C selama 30 menit didalam refluk.
Formulasi sabun transparan dilakukan dengan dua variasi. Formula pertama
menggunakan dua konsentrasi pada sukrosa, dan formula kedua menggunakan dua
konsentrasi pada gliserin, sehingga menghasilkan sabun dengan tingkat
transparasi terbaik.
Untuk mengetahui
karakteristik sabun yang dihasilkan, digunakan analisis fisik kimia sabun.
Sifat kimia sabun yang diamati antara lain kadar air, asam lemak, alkali bebas,
dan lemak yang tidak tersabunkan. Sedangkan sifat fisik yang diamati adalah
tingkat kekerasan dan diukur dengan menggunakan alat penetrometer.
Gambar 2.2.1 Alat Pengukur tingkat kekerasan (Penetrometer)
Reaksi
dasar pembuatan sabun adalah saponifikasi yaitu 3Na OH + ( C17H35COO)3C3H5
) → 3C17H35COONa
+ C3H5 (OH)3
SODA GLYCERYL
STEARAT
SODA STEARAT GLYCERIN.
Atau reaksi :
C17H35COOH + NaOH
→ C17H35COONa
+ H2O
STEARIC
ACID SODA
SODA STEARAT
AIR
Yaitu dengan tersabunnya asam lemak dan alkali baik asam
yang terdapat dalam keadaan bebas atau asam lemak yang terikat sebagai minyak
atau lemak ( gliserida ).
Lemak dan minyak tidak terkomposisi dari gliserida yang
hanya berisi satu asam lemak saja, tetapi merupakan campuran atau kombinasi.
Tersedia asam lemak dengan dengan kemurnian 90% atau lebih yang merupakan hasil
dari produksi khusus saja.
2.3 Kandungan Sabun Transparan
1. Minyak Sawit
Sering di pakai dalam pembuatan sabun, namun
beberapa dari kita ada yang alergi dengan minyak kelapa sawit karena ada reaksi
minyak wangi dengan minyak kelapanya atau cenderung pemakai tidak tahan
fragrantnya (minyak wangi sintetis), dengan minyak kelapa menghasilkan busa
yang banyak.
2.
Sodium
Hidroksida.
Sabun terbuat dari sodium hidroksida dimana sangat kaustik,
sampai selesainya reaksi dengan minyak kemudian menjadi sabun dikenal dengan
nama reaksi saponifikasi. Sodium harus terurai sempurna dalam proses
saponifikasi minyak, oleh karena itu tidak akan ada bahan kaustik yang tertinggal
dalam sabun. Agar produk sabun sempurna maka sabun harus dicuring dan rebatching sebelum penambahan emollien,
moisturizer dan minyak essensial. “Fully
Curing” berarti sodium hidroksida benar benar terurai sempurna selama
proses saponifikasi dan tidak bereaksi dengan emollien, moisturizer dan minyak essensial. “ Rebatching” berarti sabun base
diparut, dilelehkan kemudian ditambah bahan lainnya, selanjutnya dimasukkan
dalam cetakkan. Dengan cara begitu akan menghasilkan produk sabun yang lebih
baik dari pada proses yang tidak menggunakan rebatching.
3.
Alkohol
Adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan sabun, agar
sabun menjadi bening atau transparan. Kemurnian alkohol 95% yang mempunyai
titik nyala yang rendah maka tidak sulit untuk menyalakannya. Penggunaan kompor
gas dan kompor listrik harus dengan hati hati, karena dapat membakar alkohol
langsung. Untuk terjadi transparansi sabun harus benar larut. Alkohol dengan
level yang tinggi dan kandungan air yang rendah menghasilkan produk sabun yang
lebih jernih.
4.
Glyserin
Sudah lama digunakan sebagai humectan (penjaga kelembaban kulit) dan sampai saat ini digunakan
secara meluas oleh pembuat sabun. Apabila didehidrasi dan dideodorisasi,
glyserin menjadi cairan tak berwarna dan tak berbau. Glyserin kurang menentukan
kejernihan sabun, rasanya manis membakar.
5.
Gula
Bersifat humectan,
dikenal membantu pembusaan sabun. Semakin putih warna gula akan semakin jernih
sabun transparan yang dihasilkan. Terlalu banyak gula, produk sabun menjadi
lengket , pada permukaan sabun keluar gelembung kecil – kecil. Gula yang paling
baik untuk sabun transparan adalah gula yang apabila dicairkan berwarna jernih
seperti gliserin, karena warna gula sangat mempengaruhi warna sabun transparan
akhir. Gula lokal yang berwarna agak kecoklatan, hasil sabun akhir juga tidak
bening, jernih tanpa warna tetapi juga agak kecoklatan. Penggunaan gula sebagai
penjernih sabun harus memperhatikan reaksi yang terjadi. Beberapa reaksi yang
dapat menyebabkan gula menjadi tidak jernih adalah :
·
Karamelisasi,
pemanasan gula sampai suhu tinggi.
·
Reaksi Maillard,
reaksi antara gula, asam amino dan panas.
·
Reaksi dengan vitamin
C.
Ketiga reaksi diatas akan merubah sabun menjadi agak coklat
hal tersebut dapat diatasi dengan penambahan bahan squesteran.
6. Stearic Acid.
Membantu untuk mengeraskan sabun, khususnya minyak dari
tumbuhan yang digunakan. Penggunaannya dengan mencairkan dahulu dalam minyak
kemudian dicampur sodium hidroksida untuk saponifikasi. Penggunaan terlalu
banyak menyebabkan sabun kurang berbusa, jika terlalu sedikit sabun tidak
keras.
7. Pewarna
Perlu di pertimbangkan untuk
penggunaan pigmen mineral (ocher atau
oksida) pewarna kain atau sintetik , hal itu dapat tidak sejalan dengan
pewarnaan kulit, karena :
Ø Pigmen
dan ocher adalah oksida logam dan
mineral yang di tambahkan ke sabun, lotion, cream agar warnanya seragam. Hal
itu kan beracun masuk ke dalam kulit.
Ø Dyes
lilin atau pewarna malam di gunakan juga untuk mewarnai sabun khususnya gliserin,
penggunaan warna itu akan merugikan kulit.
Ø Pewarna
kain sudah jelas bersifat karsinogenik bagi kulit.
Jadi bahan yang aman
dalm pewarnaan adalah pewarna makanan, minuman, kosmetik.
8. Pewangi
Fragran merupakan pewangi sintetik
di desain secara kimia dengan kata lain di rancang di laboratorium kimia tidak
asli dari alam, namun beberapa dari kita
alergi terhadap fragran sintetik oleh karena itu masyarakat kebanyakan
memilih sabun tanpa pewangi tubuh. Sabun tanpa pewarna dan pewangi digunakan
untuk merawat wajah.
9. Coco
DEA (TEA)
Cocamide DEA digunakan
untuk meningkatkan kualitas foaming
(busa yang terbentuk) serta menstabilkan busa, selain itu cocamide DEA membantu
mengentalkan produk seperti shampo, handsoap,
serta sediaan kosmetik yang lain.
2.4 Manfaat Sabun Transparan
·
Menjaga dan mempertahankan kesehatan kulit.
·
Mencegah kulit menjadi kusam, layu dan keriput.
·
Menjaga kelembaban, kekenyalan dan kehalusan kulit,
menstabilkan pH kulit serta membantu regenerasi sel kulit.
·
Mencegah timbulnya jerawat.
·
Dapat membunuh bakteri dan jamur.
·
Aman digunakan oleh semua umur : untuk bayi, remaja,
dewasa atau bagi usia lanjut.
·
Dapat digunakan setiap hari sebagai sabun mandi yang
aman untuk kulit.
2.5 Parameter
Kualitas Sabun dan Perhitungan Rendemen
1.
Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan adalah jumlah milligram alkali (potassium
hidroksida) yang dibutuhkan untuk menyabunkan tiap gram lemak atau minyak.
Suatu ukuran berat molekul rata-rata dari asam lemak yang ada. Bilangan
penyabunan ini dapat digunakan untuk semua minyak dan lemak.
Tabel
2.5.1 Bilangan Penyabunan dari Berbagai Jenis Minyak
Asam Lemak
|
Bilangan Penyabunan
|
Palm Oil
|
190
– 202
|
Palm Stearine
|
193
– 206
|
Tallow
|
192
– 202
|
Palm Kernel Oil
|
240
– 255
|
Coconut Natural Oil
|
250
– 264
|
Minyak Jarak
|
176
– 187
|
2.
Bilangan Iodine
Bilangan iodine menyatakan ukuran
keberadaan ketidak jenuhan, terutama asam oleat dan linoleat. Asam lemak tak
jenuh menghasilkan sabun yang lebih lembut dan lebih larut. Sedangkan minyak laurat
mengandung asam lemak rantai pendek, membuat sabun keras dan mudah larut.
Tabel
2.5.2 Bilangan Iodine dari berbagai jenis minyak
Asam Lemak
|
Bilangan Iodine
|
Palm Oil
|
51 –
55
|
Palm Stearine
|
22 –
48
|
Tallow
|
40 –
56
|
Palm Kernel Oil
|
16 -
20
|
Coconut Natural Oil
|
7 -
12
|
Minyak Jarak
|
81-
98
|
3.
Rumus Menghitung Rendemen Sabun
BAB
III
PROSES
PRODUKSI
3.1
Waktu
dan Tempat Produksi
Hari
/ Tanggal : Kamis / 14 Februari 2013
Waktu :
08.00 WIB s.d. selesai
Tempat :
Laboratorium Kimia
3.2
Alat
dan Bahan
3.2.1
Alat
No.
|
Nama Alat
|
1
|
Kaca arloji d=10 cm
|
2
|
Beaker
glass
|
3
|
Hot
plate
|
4
|
Gelas ukur
|
5
|
Pipet tetes
|
6
|
Timbangan digital
|
7
|
Termometer skala
|
8
|
Cetakan sabun
|
9
|
Batang pengaduk
|
10
|
Magnetic
stirrer
|
11
|
Corong kaca
|
12
|
Cawan porselen
|
13
|
Kain kasa
|
14
|
Spatula
|
15
|
Statif
|
3.2.2
Bahan
No.
|
Nama
Bahan
|
Satuan
|
Jumlah
|
1
|
VCO
|
gram
|
25
|
2
|
NaOH
30%
|
ml
|
12,5
|
3
|
Gliserin
|
ml
|
20
|
4
|
Gula
pasir
|
gr
|
20
|
5
|
Etanol
96%
|
gr
|
20
|
6
|
Asam
stearat
|
gr
|
12,5
|
7
|
NaCl
|
gr
|
0,1
|
8
|
Asam
sitrat
|
gr
|
0,1
|
9
|
Pewarna
cosmetic grade
|
gr
|
0,05
|
10
|
TEA
(Coco DEA)
|
gr
|
12,5
|
11
|
Pewangi
|
ml
|
1
|
3.3 Langkah Kerja
1) Memanaskan
VCO dalam gelas kimia 250 ml diatas hot
plate sampai suhu 60 – 65°C
2) Memanaskan
asam stearat pada suhu 60°C
3) Memasukkan
asam stearat dalam minyak yang sudah dipanaskan, mengaduk dengan stirer, suhu dijaga 70°C
4) Memasukkan
NaOH sampai terbentuk reaksi saponifikasi
5) Memasukkan
alkohol, TEA, NaCl, Asam sitrar, gula, dan gliserin, mengaduk sampai homogen,
kemudian mendinginkan sampai suhu 40°C
6) Menambahkan
pewarna dan parfum secukupnya
7) Menuang
ke dalam cetakan dan didinginkan sampai lebih kurang 24 jam
8) Mengeluarkan
dari cetakan dengan hati-hati
dan dikemas
3.4
Data
Pengamatan
a. Organoleptik
No.
|
Uji
|
Hasil
|
Keterangan
|
1
|
Warna
|
Cerah
|
+
+ + +
|
2
|
Transparan
|
Transparan
|
+
+ + +
|
3
|
Perabaan
|
Kesat
|
+
+ +
|
4
|
Kekerasan
|
Keras
|
+
+ + +
|
b. pH
No.
|
Uji
|
Hasil
|
Keterangan
|
1
|
pH
|
9
|
+
+ + +
|
c. Rendemen
Berat
Sabun
|
54,96
gram
|
Berat
Bahan Baku
|
110
gram
|
= 45,69
%
BAB
IV
PEMBAHASAN
Dalam praktik pembuatan
sabun transparan yang telah dilakukan dengan bahan minyak kelapa sebanyak 5
gram dan diperoleh hasil sabun sebanyak 54,96 gram. Sabun transparan tersebut
memiliki spesifikasi sebagai berikut :
·
Bentuk :
Padat
·
Warna :
Hijau transparan
·
Aroma :
Khas buah apel
·
pH :
9
·
Perabaan :
Kesat
·
Rendemen :
45,69 %
Dalam proses pembuatan
sabun ini terjadi reaksi saponifikasi. Reaksi saponifikasi adalah reaksi
hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah, misalnya NaOH.
Pada pembuatan sabun
transparan penimbangan bahan sangat berpengaruh pada produk akhir yang
dihasilkan. Terutama saat mengukur etanol dan NaOH, karena mempengaruhi proses
saponifikasi.
Pemanasan minyak pada hot plate harus dijaga suhunya, yaitu
pada suhu 60°C. Pemanasan asam stearat dilakukan
sampai asam stearat meleleh pada suhu 60°C,
agar mempermudah dalam proses pencampuran dengan minyak. Setelah minyak dan
asam stearat bercampur secara homogen suhu dinaikan sampai 70°C
kemudian NaOH dimasukkan. Larutan terus diaduk sampai terjadi reaksi
saponifikasi dan menjadi kalis.
Setelah terjadi reaksi
sponifikasi, masukkan alkohol dan diaduk sampai larut dan menjadi larutan yang
bening. Setelah itu gula, gliserin, TEA, NaCl, Asam sitrat dimasukkan dan
dicampur sampai homogen, agar setelah dikeluarkan dari catakan tidak terdapat
endapan bahan. Setelah semua bahan tercampur, suhu harus dijaga 70°C
dan pengadukan dilakukan secara continue
agar larutan tidak mengeras.
Sabun yang sudah
dicetak didiamkan selama ± 24 jam agar dapat
mengeras. Sabun yang perabaannya berminyak, dikarenakan dalam pencampuran suhu
tidak dijaga 70°C.
pH dari sabun yang
dihasilkan adalah 9. Karena pH untuk sabun adalah basa, yaitu sekitar 8-10.
Rendemen pada sabun
yang dihasilkan adalah 45,69%. Hal ini dikarenakan banyak sabun yang tersisa
pada kasa, beaker glass, atau corong
kaca.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dalam pembuatan sabun transparan ini menggunakan
proses saponifikasi, yaitu hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemak,
misalnya NaOH.
Dalam proses pembuatan sabun tidak terlalu sulit,
hanya perlu ketelitian dalam menjaga suhu. Sabun yang telah dihasilkan dalam
praktik ini memiliki pH 9 dan rendemen 45,69%.
5.2 Saran
a. Teliti
dalam penimbangan bahan
b. Pengadukan
dilakukan secara continue agar tidak terjadi pengerasan
c. Suhu
selalu dijaga
d. Penambahan
etanol sebaiknya dilakukan setelah reaksi saponifikasi terjadi sempurna