Sabtu, 16 November 2013

PRAKTIKUM



BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
 Indonesia merupakan negara yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan pada segala bidang, dan juga merupakan negara yang memiliki berbagai potensi, baik potensi sumber daya alam dan energi, maupun sumber daya manusia. Salah satu bidang pembangunan yang paling diharapkan adalah bidang ekonomi dan salah satu sektor dalam bidang ekonomi adalah sektor industri.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Salah satu sub sektor industri adalah sub sektor industri kimia, yang diharapkan dapat berkembang pesat guna mengimbangi kebutuhan yang semakin berkembang dan meningkat sesuai dengan kemajuan perekonomian bangsa. Di Indonesia masih sedikit terdapat industri yang menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku yang diproses untuk menghasilkan suatu produk. Minyak kelapa sawit dapat dipergunakan dalam industri melalui proses penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined Bleached and Deodorized Palm Oil). Salah satu industri yang menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku adalah industri pembuatan sabun transparan. Selain RBDPO, minyak kelapa (VCO) juga sering ditambahkan dalam pembuatan sabun transparan, meski kadar nya jauh lebih sedikit dari minyak sawit (RBDPO). Virgin Coconut Oil atau yang lebih dikenal dengan VCO adalah minyak yang dihasilkan dari buah kelapa segar. Berbeda dengan minyak kelapa biasa, VCO dihasilkan tidak dengan penambahan kimia atau pun proses yang melibatkan panas yang tinggi. Selain warna dan rasa yang berbeda, VCO memiliki asam lemak yang tidak terhidrogenasi seperti minyak kelapa biasa. VCO menjadi populer karena manfaatnya untuk kesehatan tubuh. Maka dari itu VCO sangat baik dijadikan bahan baku dalam industri pembuatan sabun transparan.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Sabun transparan dibuat dengan menambahkan alkohol, larutan gula, dan gliserin untuk menghasilkan kondisi transparan dari sabun. Gliserin baik untuk kulit karena berfungsi sebagai pelembab pada kulit dan membentuk fasa gel pada sabun.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Sabun transparan atau disebut juga sabun gliserin adalah jenis sabun mandi yang dapat menghasilkan busa lebih lembut di kulit dan penampakanya berkilau jika dibandingkan dengan jenis sabun yang lain seperti sabun mandi biasa (opaque) dan sabun translucent.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Sabun transparan merupakan salah satu produk industri kimia yang sangat dibutuhkan masyarakat konsumen Indonesia, namun untuk memenuhi kebutuhan itu masih dilakukan dengan mengimpor sabun transparan, diantaranya dari negara Hongkong, Japan, Taiwan, Singapore, dan Malaysia.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-
transparan-dari-vco.html)


1.2              Tujuan

1.      Dapat mengetahui cara membuat sabun transparan
2.       Dapat mengetahui cara membuat sabun transparan menggunakan VCO 


BAB II 
DASAR TEORI
  
2.1       Sejarah Sabun Transparan
Sabun adalah salah satu senyawa kimia paling tua yang pernah ditemukan. Pada tahun 2500 sebelum Masehi masyarakat Sumeria telah menemukan sabun kalium yang digunakan untuk mencuci wol. Sabun ini dibuat dari minyak dan abu tumbuhan yang kaya akan kalium karbonat. Informasi tentang sabun juga ditulis dalam literatur-literatur bangsa Mesir yang berhubungan dengan kedokteran. (Unilever, 2009)
Sabun atau yang disebut soap dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin sapo yang pertama kali digunakan oleh Plinny pada tahun 77 Masehi. Plinny membuat sabun dari campuran tallow (lemak binatang) dengan abu dari kayu beech yang dapat digunakan sebagai pewarna rambut. (Unilever, 2009)
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, detergen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu cuci.
                        (sabun-wikipedia.com, 2009)
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali pada suhu 80°C - 100°C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan seperti minyak zaitun.
(http://dwinidika.wordpress.com/2011/04/10/sabun-transparan/)
Seni pembuatan sabun mulai berkembang dengan pesat selama abad pertengahan di Perancis, Italia, dan Inggris. Sabun transparan dengan nama “Pears transparant soap” dikenal di Inggris pada tahun 1789. Sabun mengalami kemajuan yang sangat pesat khususnya di Marseilles pada abad ke-18. Sabun menjadi barang yang murah sejak berkembangnya proses Le Blanc pada abad ke-19 untuk pembuatan alkali yang merupakan bahan baku pembuatan sabun. (Unilever, 2009)
Nama Sapo/soap/sabun menurut legenda Romawi kuno (2800 SM) berasal dari Gunung Sapo, di mana binatang dikorbankan untuk acara keagamaan. Lemak yang berasal dari binatang tersebut (kambing) dicampur dengan abu kayu untuk menghasilkan sabun atau sapo, pada masa itu.
Ketika hujan, sisa lemak dan abu kayu tersebut mengalir ke Sungai Tiber yang berada di bawah Gunung Sapo. Ketika orang – orang mencuci pakaian di sungai Tiber mereka mendapati air tersebut berbusa dan pakaian mereka lebih bersih. Sejak saat itulah asal usul sabun dimulai.
Produk hilir minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil/VCO) berupa produk-produk kosmetik telah dikembangkan di negara-negara penghasil kelapa. Di antaranya sampo, krim antiseptik, baby oil, lotion, sabun termasuk sabun transparan, dan sebagainya.
Sabun transparan merupakan salah satu produk kosmetik yang sedang trendy. Pilihan VCO sebagai bahan baku sabun
Para peneliti di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) sudah melakukan penelitian untuk menentukan formulasi dasar sabun transparan dari bahan VCO.
Untuk itu dilakukan pula analisis terhadap beberapa parameter yang dipandang penting yang mengacu pada produk sabun transparan komersial karena standar mutu khusus sabun transparan belum ada pada Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk sabun mandi.
Informasi BB Pascapanen lebih menyatakan bahwa parameter mutu yang dianalisa adalah kemasaman (pH), karakter kekerasan, kadar asam lemak bebas (Free Fatty Acid/FFA), nilai ketengikan, kadar air, dan bilangan penyabunan.
Mengenai pH, diketahui sabun transparan komersial memiliki pH 9,34. Dalam formulasi sabun transaparan, pH terkait jumlah penggunan basa yang menentukan jumlah penambahan etanol. Semakin banyak basa yang digunakan, akan semakin sedikit etanol yang dapat ditambahkan sehingga pH tetap tinggi.
Karakter kekerasan sabun transparan harus cukup baik sebagai indikasi masa pemakaian yang lebih lama. Nilai kekerasan sabun komersial berada dalam rangkaian 0,967 hingga 6,867 kg/cm2. Sedangkan mengenai transparansi, sabun akan semakin jernih bila etanol yang digunakan semakin murni.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)

2.2       Teknik Pembuatan Sabun Transparan
Sabun transparan dapat digunakan untuk membasmi kuman. Sabun ini sejenis sabun biasa tetapi dalam bentuk transparan. Sabun transparan dapat dibuat dari minyak goreng yang bening atau VCO.
Sabun transparan dapat dibuat dengan biaya murah. Bahannya selain dari minyak goreng atau VCO bisa juga dari buah kelapa sawit.
Sabun transparan dibuat dengan mencampur stearin sawit, minyak inti sawit yang telah melalui proses pemucatan dan asam stearat dengan perbandingan masing-masing 80 : 15 : 5 b/b sebanyak 100 gram. Campuran ini kemudian ditambahkan dengan NaOH 30% sebanyak 98,3 gram pada suhu 90 - 100°C.
Formulasi sabun transparan dibuat dengan cara mencampur stok sabun dengan gliserin, alkohol, sukrosa, dan trietanolamin pada suhu 90 - 100°C selama 30 menit didalam refluk. Formulasi sabun transparan dilakukan dengan dua variasi. Formula pertama menggunakan dua konsentrasi pada sukrosa, dan formula kedua menggunakan dua konsentrasi pada gliserin, sehingga menghasilkan sabun dengan tingkat transparasi terbaik.
Untuk mengetahui karakteristik sabun yang dihasilkan, digunakan analisis fisik kimia sabun. Sifat kimia sabun yang diamati antara lain kadar air, asam lemak, alkali bebas, dan lemak yang tidak tersabunkan. Sedangkan sifat fisik yang diamati adalah tingkat kekerasan dan diukur dengan menggunakan alat penetrometer.






Gambar 2.2.1 Alat Pengukur tingkat kekerasan (Penetrometer)



            Reaksi dasar pembuatan sabun adalah saponifikasi yaitu 3Na OH + ( C17H35COO)3C3H5 )  → 3C17H35COONa + C3H5 (OH)3
      SODA                             GLYCERYL STEARAT                        SODA STEARAT            GLYCERIN.

Atau reaksi :
C17H35COOH  + NaOH    C17H35COONa   +    H2O
    STEARIC ACID           SODA                  SODA STEARAT                AIR

Yaitu dengan tersabunnya asam lemak dan alkali baik asam yang terdapat dalam keadaan bebas atau asam lemak yang terikat sebagai minyak atau lemak ( gliserida ).
                                (https://sites.google.com/site/sabuntransparan/)
Lemak dan minyak tidak terkomposisi dari gliserida yang hanya berisi satu asam lemak saja, tetapi merupakan campuran atau kombinasi. Tersedia asam lemak dengan dengan kemurnian 90% atau lebih yang merupakan hasil dari produksi khusus saja.
                                (https://sites.google.com/site/sabuntransparan/)

2.3       Kandungan Sabun Transparan
1.      Minyak Sawit
Sering di pakai dalam pembuatan sabun, namun beberapa dari kita ada yang alergi dengan minyak kelapa sawit karena ada reaksi minyak wangi dengan minyak kelapanya atau cenderung pemakai tidak tahan fragrantnya (minyak wangi sintetis), dengan minyak kelapa menghasilkan busa yang banyak.



2.      Sodium Hidroksida.
Sabun terbuat dari sodium hidroksida dimana sangat kaustik, sampai selesainya reaksi dengan minyak kemudian menjadi sabun dikenal dengan nama reaksi saponifikasi. Sodium harus terurai sempurna dalam proses saponifikasi minyak, oleh karena itu tidak akan ada bahan kaustik yang tertinggal dalam sabun. Agar produk sabun sempurna maka sabun harus dicuring dan rebatching sebelum penambahan emollien, moisturizer dan minyak essensial. “Fully Curing” berarti sodium hidroksida benar benar terurai sempurna selama proses saponifikasi dan tidak bereaksi dengan emollien, moisturizer dan minyak essensial. “ Rebatching” berarti sabun base diparut, dilelehkan kemudian ditambah bahan lainnya, selanjutnya dimasukkan dalam cetakkan. Dengan cara begitu akan menghasilkan produk sabun yang lebih baik dari pada proses yang tidak menggunakan rebatching.

3.      Alkohol
Adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan sabun, agar sabun menjadi bening atau transparan. Kemurnian alkohol 95% yang mempunyai titik nyala yang rendah maka tidak sulit untuk menyalakannya. Penggunaan kompor gas dan kompor listrik harus dengan hati hati, karena dapat membakar alkohol langsung. Untuk terjadi transparansi sabun harus benar larut. Alkohol dengan level yang tinggi dan kandungan air yang rendah menghasilkan produk sabun yang lebih jernih.

4.      Glyserin
Sudah lama digunakan sebagai humectan (penjaga kelembaban kulit) dan sampai saat ini digunakan secara meluas oleh pembuat sabun. Apabila didehidrasi dan dideodorisasi, glyserin menjadi cairan tak berwarna dan tak berbau. Glyserin kurang menentukan kejernihan sabun, rasanya manis membakar.

5.      Gula
Bersifat humectan, dikenal membantu pembusaan sabun. Semakin putih warna gula akan semakin jernih sabun transparan yang dihasilkan. Terlalu banyak gula, produk sabun menjadi lengket , pada permukaan sabun keluar gelembung kecil – kecil. Gula yang paling baik untuk sabun transparan adalah gula yang apabila dicairkan berwarna jernih seperti gliserin, karena warna gula sangat mempengaruhi warna sabun transparan akhir. Gula lokal yang berwarna agak kecoklatan, hasil sabun akhir juga tidak bening, jernih tanpa warna tetapi juga agak kecoklatan. Penggunaan gula sebagai penjernih sabun harus memperhatikan reaksi yang terjadi. Beberapa reaksi yang dapat menyebabkan gula menjadi tidak jernih adalah :
·         Karamelisasi, pemanasan gula sampai suhu tinggi.
·         Reaksi Maillard, reaksi antara gula, asam amino dan panas.
·         Reaksi dengan vitamin C.
Ketiga reaksi diatas akan merubah sabun menjadi agak coklat hal tersebut dapat diatasi dengan penambahan bahan squesteran.

6.      Stearic Acid.
Membantu untuk mengeraskan sabun, khususnya minyak dari tumbuhan yang digunakan. Penggunaannya dengan mencairkan dahulu dalam minyak kemudian dicampur sodium hidroksida untuk saponifikasi. Penggunaan terlalu banyak menyebabkan sabun kurang berbusa, jika terlalu sedikit sabun tidak keras.

7.      Pewarna
Perlu di pertimbangkan untuk penggunaan pigmen mineral (ocher atau oksida) pewarna kain atau sintetik , hal itu dapat tidak sejalan dengan pewarnaan kulit, karena :
Ø  Pigmen dan ocher adalah oksida logam dan mineral yang di tambahkan ke sabun, lotion, cream agar warnanya seragam. Hal itu kan beracun masuk ke dalam kulit.
Ø  Dyes lilin atau pewarna malam di gunakan juga untuk mewarnai sabun khususnya gliserin, penggunaan warna itu akan merugikan kulit.
Ø  Pewarna kain sudah jelas bersifat karsinogenik bagi kulit.
Jadi bahan yang aman dalm pewarnaan adalah pewarna makanan, minuman, kosmetik.

8.      Pewangi
Fragran merupakan pewangi sintetik di desain secara kimia dengan kata lain di rancang di laboratorium kimia tidak asli dari alam, namun beberapa dari kita  alergi terhadap fragran sintetik oleh karena itu masyarakat kebanyakan memilih sabun tanpa pewangi tubuh. Sabun tanpa pewarna dan pewangi digunakan untuk merawat wajah.

9.      Coco DEA (TEA)
Cocamide DEA digunakan untuk meningkatkan kualitas foaming (busa yang terbentuk) serta menstabilkan busa, selain itu cocamide DEA membantu mengentalkan produk seperti shampo, handsoap, serta sediaan kosmetik yang lain.

2.4       Manfaat Sabun Transparan
·         Menjaga dan mempertahankan kesehatan kulit.
·         Mencegah kulit menjadi kusam, layu dan keriput.
·         Menjaga kelembaban, kekenyalan dan kehalusan kulit, menstabilkan pH kulit serta membantu regenerasi sel kulit.
·         Mencegah timbulnya jerawat.
·         Dapat membunuh bakteri dan jamur.
·         Aman digunakan oleh semua umur : untuk bayi, remaja, dewasa atau bagi usia lanjut.
·         Dapat digunakan setiap hari sebagai sabun mandi yang aman untuk kulit.

            2.5       Parameter Kualitas Sabun dan Perhitungan Rendemen
1.      Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan adalah jumlah milligram alkali (potassium hidroksida) yang dibutuhkan untuk menyabunkan tiap gram lemak atau minyak. Suatu ukuran berat molekul rata-rata dari asam lemak yang ada. Bilangan penyabunan ini dapat digunakan untuk semua minyak dan lemak.
Tabel 2.5.1 Bilangan Penyabunan dari Berbagai Jenis Minyak
Asam Lemak
Bilangan Penyabunan
Palm Oil
190 – 202
Palm Stearine
193 – 206
Tallow
192 – 202
Palm Kernel Oil
240 – 255
Coconut Natural Oil
250 – 264
Minyak Jarak
176 – 187

2.      Bilangan Iodine
      Bilangan iodine menyatakan ukuran keberadaan ketidak jenuhan, terutama asam oleat dan linoleat. Asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang lebih lembut dan lebih larut. Sedangkan minyak laurat mengandung asam lemak rantai pendek, membuat sabun keras dan mudah larut.
Tabel 2.5.2 Bilangan Iodine dari berbagai jenis minyak
Asam Lemak
Bilangan Iodine
Palm Oil
51 – 55
Palm Stearine
22 – 48
Tallow
40 – 56
Palm Kernel Oil
16 - 20
Coconut Natural Oil
7 - 12
Minyak Jarak
81- 98

3.        Rumus Menghitung Rendemen Sabun

BAB III
PROSES PRODUKSI

3.1              Waktu dan Tempat Produksi
Hari / Tanggal : Kamis / 14 Februari 2013
Waktu             : 08.00 WIB s.d. selesai
Tempat            : Laboratorium Kimia

3.2              Alat dan Bahan
3.2.1        Alat
No.
Nama Alat
1
Kaca arloji d=10 cm
2
Beaker glass
3
Hot plate
4
Gelas ukur
5
Pipet tetes
6
Timbangan digital
7
Termometer skala
8
Cetakan sabun
9
Batang pengaduk
10
Magnetic stirrer
11
Corong kaca
12
Cawan porselen
13
Kain kasa
14
Spatula
15
Statif



3.2.2        Bahan
No.
Nama Bahan
Satuan
Jumlah
1
VCO
gram
25
2
NaOH 30%
ml
12,5
3
Gliserin
ml
20
4
Gula pasir
gr
20
5
Etanol 96%
gr
20
6
Asam stearat
gr
12,5
7
NaCl
gr
0,1
8
Asam sitrat
gr
0,1
9
Pewarna cosmetic grade
gr
0,05
10
TEA (Coco DEA)
gr
12,5
11
Pewangi
ml
1
           
3.3       Langkah Kerja
1)      Memanaskan VCO dalam gelas kimia 250 ml diatas hot plate sampai suhu 60 – 65°C
2)      Memanaskan asam stearat pada suhu 60°C
3)      Memasukkan asam stearat dalam minyak yang sudah dipanaskan, mengaduk dengan stirer, suhu dijaga 70°C
4)      Memasukkan NaOH sampai terbentuk reaksi saponifikasi
5)      Memasukkan alkohol, TEA, NaCl, Asam sitrar, gula, dan gliserin, mengaduk sampai homogen, kemudian mendinginkan sampai suhu 40°C
6)      Menambahkan pewarna dan parfum secukupnya
7)      Menuang ke dalam cetakan dan didinginkan sampai lebih kurang 24 jam
8)      Mengeluarkan dari cetakan dengan hati-hati dan dikemas

3.4             Data Pengamatan
a.       Organoleptik
No.
Uji
Hasil
Keterangan
1
Warna
Cerah
+ + + +
2
Transparan
Transparan
+ + + +
3
Perabaan
Kesat
+ + +
4
Kekerasan
Keras
+ + + +

b.      pH
No.
Uji
Hasil
Keterangan
1
pH
9
+ + + +

c.       Rendemen
Berat Sabun
54,96 gram
Berat Bahan Baku
110 gram


                                        
                               = 45,69 %



BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam praktik pembuatan sabun transparan yang telah dilakukan dengan bahan minyak kelapa sebanyak 5 gram dan diperoleh hasil sabun sebanyak 54,96 gram. Sabun transparan tersebut memiliki spesifikasi sebagai berikut :
·         Bentuk                        : Padat
·         Warna              : Hijau transparan
·         Aroma             : Khas buah apel
·         pH                   : 9
·         Perabaan          : Kesat
·         Rendemen       : 45,69 %
Dalam proses pembuatan sabun ini terjadi reaksi saponifikasi. Reaksi saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah, misalnya NaOH.
Pada pembuatan sabun transparan penimbangan bahan sangat berpengaruh pada produk akhir yang dihasilkan. Terutama saat mengukur etanol dan NaOH, karena mempengaruhi proses saponifikasi.
Pemanasan minyak pada hot plate harus dijaga suhunya, yaitu pada suhu 60°C. Pemanasan asam stearat dilakukan sampai asam stearat meleleh pada suhu 60°C, agar mempermudah dalam proses pencampuran dengan minyak. Setelah minyak dan asam stearat bercampur secara homogen suhu dinaikan sampai 70°C kemudian NaOH dimasukkan. Larutan terus diaduk sampai terjadi reaksi saponifikasi dan menjadi kalis.
Setelah terjadi reaksi sponifikasi, masukkan alkohol dan diaduk sampai larut dan menjadi larutan yang bening. Setelah itu gula, gliserin, TEA, NaCl, Asam sitrat dimasukkan dan dicampur sampai homogen, agar setelah dikeluarkan dari catakan tidak terdapat endapan bahan. Setelah semua bahan tercampur, suhu harus dijaga 70°C dan pengadukan dilakukan secara continue agar larutan tidak mengeras.
Sabun yang sudah dicetak didiamkan selama ± 24 jam agar dapat mengeras. Sabun yang perabaannya berminyak, dikarenakan dalam pencampuran suhu tidak dijaga 70°C.
pH dari sabun yang dihasilkan adalah 9. Karena pH untuk sabun adalah basa, yaitu sekitar 8-10.
Rendemen pada sabun yang dihasilkan adalah 45,69%. Hal ini dikarenakan banyak sabun yang tersisa pada kasa, beaker glass, atau corong kaca.



BAB V
PENUTUP

5.1       Simpulan
Dalam pembuatan sabun transparan ini menggunakan proses saponifikasi, yaitu hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemak, misalnya NaOH.
Dalam proses pembuatan sabun tidak terlalu sulit, hanya perlu ketelitian dalam menjaga suhu. Sabun yang telah dihasilkan dalam praktik ini memiliki pH 9 dan rendemen 45,69%.

5.2       Saran
a.       Teliti dalam penimbangan bahan
b.      Pengadukan dilakukan secara continue agar tidak terjadi pengerasan
c.       Suhu selalu dijaga
d.      Penambahan etanol sebaiknya dilakukan setelah reaksi saponifikasi terjadi sempurna